Kamis, 25 November 2010

Palestina, Bagaimana Bisa Aku melupakanmu ??


Ketika rumahmu diruntuhkan buldozer dengan suara-suara gemuruh
menderu, serasa pasir dan batu bata di dinding kamar tidurku
bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan
mengepulkan debu yang berdarah
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat
sebesar sapu tangan lalu Tel Aviv dimasukkan dalam fail
lemari kantor agraria, serasa pohon kelapa dan kebun manggaku di kawasan
katulistiwa yang dirampas mereka
Ketika kiblat pertama gerek dan kerecaki bagai kelakuan reptilia bawah
tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjak tumpuan kening kita
semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil
belajar tajwid Al Qur’an 40 tahun silam di bawahnya ada kolam ikan
yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi
air
mataku
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu,

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka,
menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi
pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa
anak-anak kami Indonesia jua yang didzalimi mereka– tapi saksikan
tulang mida mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan
rantai amat panjangnya, pembelit leher mereka, penyeret
tubuh si zalim ke neraka

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan Samir Al-Qassem, Harun Hashim,
Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang
dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, Jantung kami semua berdegup
dua kali lebih gencar Lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu,
darah kami pun memancar ke atas lalu menuliskan guratan kaligrafi…

”Allahu Akbar!”
Dan
“Bebaskan Palestina!”
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu,

Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepakan memproduksi dusta
menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki
tenda-tenda pengungsi ke padangpasir belantara,
membangkangi resolusi-reolusi majelis-majelis terhormat di dunia
membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yaseer Arafat
dan semua pejuang negeri Anda, Aku pun
berseru kepada khatib Dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan
kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang
menapak di jalan-Nya yang ditembaki dan kini dalam penjara
lalu dengan kukuh kita bacalah
“Laa quuwwata illa bi-llah!”
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, jumlahnya beribu-ribu,
Tapi adzan masjid Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku

[karya Taufik Ismail ]
dari saudariku Salsabila Harun

Rabu, 24 November 2010

Lamaranmu Kutolak...!!!!


Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.

Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.

Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya. Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.

“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.

“Iya, Pak,” jawab sang muda.

“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.

“Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.

“Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!” balas sang setengah baya.

Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”

“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya, keras.

Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda.

Bisiknya, “Ayah, dia dulu aktivis lho.”

“Kamu dulu aktivis ya?” tanya sang setengah baya.

“Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus,” jawab sang muda, percaya diri.

“Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?”

“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.”

“Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”

Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.”

“Kamu lulusan mana?”

“Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?”

“Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak.”

“Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?”

Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.”

“Jadi kamu sudah bekerja?”

“Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu.”

“Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku.”

“Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?”

Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya.”

“Rencananya maharmu apa?”

“Seperangkat alat shalat Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.”

“Tapi saya siapkan juga emas seratus gram dan uang limapuluh juta Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku.”

Bisikan, “Dia jago IT lho Pak”

“Kamu bisa apa itu, internet?”

“Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net.”

“Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata.”

“Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”

Bisikan, “Tapi Ayah…”

“Kamu kesini tadi naik apa?”

“Mobil Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.”

“Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir”

“Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?”

Bisikan, “Ayahh..”

“Kamu merasa ganteng ya?”

“Nggak Pak. Biasa saja kok”

“Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini.”

“Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”

“Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!”

Sang perempuan kini berkaca-kaca, “Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?”

Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.

“Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?”

Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba’in yang terpendek pula.”

Sang setengah baya tersenyum, “Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih.”

Mata sang muda pun ikut berkaca-kaca.

[ http://muqorrobin.multiply.com/ ]



Di saat daku tua


DISAAT DAKU TUA,BUKAN LG DIRIKU YG DULU..
Maklumilah diriku,brsabarlah dlm menghadapiku..

DISAAT DAKU MENUMPAHKN KUAH SAYURAN DI BAJUKU,DISAAT DAKU TDK LG MENGINGAT CARA MENGAITKN TALI SEPATU..
Ingatlh saat2 bgmn daku mengajarimu,membimbingmu untk melakukannya..

DISAAT DAKU DG PIKUNNYA MENGULANG TRZ MENERUS UCAPAN YG MEMBOSANKAN MU..
Brsabarlh mendengarkanku,jgn memotong ucapanku.Dimasa kecilmu,daku hrs mengulang&mengulang trs sbuah cerita yg tlh sy critakn ribuan x,hingga dirimu trbuai dlm mimpi..

DISAAT DAKU MEMBUTUHKANMU UTK MEMANDIKANKU..
Jnglah menyalahknku.Ingatkh dimasa kecilmu,bgmn daku dg brbagai cr membujukmu untk mandi?

DISAAT DAKU KEBINGUNGAN MENGHADAPI HAL2 BARU&TEKNOLOGI MODERN..
Jgnlh menertawaiku. Renungknlh bgmn daku dg sabarny mnjwb setiap "MENGAPA" yg engkau ajukan disaat itu..

DISAAT KEDUA KAKIKU TRLALU LEMAH UTK BRJALAN..
Ulurknlh tanganmu yg muda&kuat untk memapahku. Bgaikn dimasa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untk bljr brjalan.

DISAAT ENGKAU MELIHATKU MENUA,JGNLAH BERSEDIH..
Maklumilah diriku,dkunglah daku,bgaikn daku trhadapmu disaat engkau mulai bljr ttg kehidupan.. T.T

Selasa, 23 November 2010

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta


Suatu ketika, dalam majelis koordinasi seorang akhwat berkata pada mas'ul dakwahnya, "akhi, ana ga bisa lagi berinteraksi dengan akh fulan". Suara akhwat itu bergetar. Nyata sekali menekan perasaannya."Pekan lalu, ikhwan tersebut membuat pengakuan yang membuat ana merasa risi dan….Afwan, terus terang juga tersinggung." Sesaat kemudian suara dibalik hijab itu mengatakan….ia jatuh cinta pada ana."

mas'ul tersebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Ia berusaha tetap tenang. "Sabar ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti bayangkan." Sang mas'ul mencoba menenangkan terutama untuk dirinya sendiri.

"Afwan…ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini." sang akhwat kini mulai tersedak terbata.

"Ya sudah…Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah oleh permasalahan seperti ini". Mas'ul itu membuat keputusan, "ana akan ajak bicara langsung akh fulan"

Beberapa Waktu berlalu, ketika akhirnya mas'ul tersebut mendatangi dulan yang bersangkutan. Sang Akh berkata, "Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan?"

Sang mas'ul berusaha menanggapinya searif mungkin. "Ana tidak menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari antum. Hak perasaan dan hak pembinaannya. Apakah antum menyampaikan kepada pembina antum untuk diseriuskan?. Apakah antum sudah siap berkeluarga. Apakah antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan antum, baik terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah????" Mas'ul tersebut membuat penekanan substansial. " Akhi bagi kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Allah tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah danjaminan kemuliaan Allah SWT. Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan."

Cinta Aktivis DakwahBagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki? Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT.

Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah. Karenannya jatuh cinta bagi aktivisdakwah bukan perkara sederhana.

Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian sebaliknya. Ketika itulah cinta `lain' muncul dalam dirinya. Cinta inilah yang akan kita bahas disini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat. Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini," …akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada disamping laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya…..daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yg berdiri sendiri.."

Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta??? jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam.

Deklarasi CintaSekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana.

Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik `asing' dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan `misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.

Pernyataan `Nikah dulu baru pacaran' masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang bisa?". Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan,bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.

Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.

Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini.

EpilogSetiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita. Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan.

Betapa Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya. Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang sakinah, mawaddah, warahmah. jadi…sudah berani jatuh cinta…??wallahu'alam

l izzah edisi 11/th4


Minggu, 21 November 2010

SENYUMLAH.... Karena senyummu itu Ibadah


Manis Wajahmu Kulihat Di Sana
Apa Rahasia Yang Tersirat
Tapi dzahirnya Dapat Kulihat
Mesra Wajahmu Dengan Senyuman

Senyuman...
Senyum Tanda Mesra
Senyum Tanda Sayang
Senyumlah Sedekah Yang Paling Mudah
Senyum Di Waktu Susah
Tanda Ketabahan
Senyuman Itu Tanda Keimanan
Senyumlah Senyumlah Senyumlah Senyumlah

Hati Yang Gundah Terasa Senang
Bila Melihat Senyum Hatikan Tenang
Tapi Senyumlah Seikhlas Hati
Senyuman Dari Hati Jatuh Ke Hati

Senyumlah Seperti Rasulullah
Senyumnya Bersinar Dengan Cahaya
Senyumlah Kita Hanya Karana Allah
Itulah Senyuman Bersedekah

Senyumlah
Itulah Sedekah Yang Paling Mudah
Tiada Terasa Terhutang Budi
Ikat Persahabatan Antara Kita
Tapi Senyum Jangan Disalah Guna
Senyumlah Senyumlah Senyumlah Senyumlah
[raihan]


Beda Nasib Koruptor di China dan Indonesia [gayindo.forumotion.net]

Cina, medio 1995. Presiden Jiang Zemin menyatakan perang melawan korupsi. Sejurus kemudian, Sang Perdana Menteri Zhu Rongji berujar: Saya telah menyiapkan sepuluh peti mati, sembilan peti untuk koruptor dan satu peti mungkin untuk saya.

Semua elemen di Cina pun gempar. Maklum korupsi telah mewabah di semua lini bumi tirai bambu: militer, pegawai negeri dan swasta, penegak hukum, hingga pejabat tinggi. Tentu saja Zhu berucap itu dengan penuh kesadaran. Itulah jurus preventif perang antikorupsi yang ia mainkan. Ucapan Zhu tak berhenti sekadar sebagai pemanis bibir. Apalagi dijadikan komoditas politik seperti lazim dilakukan pejabat dan politisi Indonesia.

Dengan menempatkan hukum sebagai panglima, pemerintah Cina tak segan menempatkan para koruptor di peti mati yang telah disiapkan Zhu. Maret 2000, kantor berita Cina, Xinhua, melaporkan kasus korupsi Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, Hu Changqing. Ia dituduh menerima suap sekitar 660.000 dolar AS (kurang lebih Rp 6,6 miliar, saat itu kurs dolar AS berada di level Rp 10.000). Bahkan sidang yang digelar di pengadilan Nanchang Intermediate People's Court membeberkan kasus korupsi Hu sejak tahun 1995 kala ia berstatus Pejabat Senior di Dewan Negara.

Hu pun di eksekusi mati hanya dalam waktu 24 jam setelah permohonan bandingnya ditolak. Hu hanyalah salah satu koruptor yang menikmati peti mati. Sebelum Hu, hingga 1999 sebanyak 1.263 koruptor mengalami nasib yang sama. Bahkan, total eksekusi hingga 2001 mencapai 4.367 orang. Tak kalah fantastisnya, selama kurun Januari sampai November 2004, pemerintah Cina telah menangkap 4.225 koruptor dengan total kerugian negara hanya 3,8 miliar yuan atau sekitar Rp 4,3 triliun. Bagaimana dengan Indonesia?

Pada dekade yang sama bumi merah putih seolah berjalan di tempat. Padahal puncak gerakan anti-korupsi di Indonesia sudah digaungkan sejak 1999. Penelitian Transparency International (TI) pada 2002 meletakkan Indonesia sebagai negara terkorup nomor 4.

Sementara pada 2003, dari 133 negara, Indonesia ada di urutan ke-6. Dari ribuan kasus yang dilaporkan masyarkat ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru belasan yang ditingkatkan ke penyidikan. Sementara, kasus yang dibawa hingga ke pengadilan baru dalam hitungan jari. Thailan pun tak kalah agresifnya dengan Cina. Di bawah panji National Counter Corruption Commision (NCCC) negeri gajah itu tak segan membidik para tikus.

Padahal, lembaga independen ini baru dibentuk 25 April 1999, dan resmi mulai bekerja sejak 18 November 1999. NCCC sebenarnya menggantikan Commision of Counter Corruption (CCC) yang telah ada sejak 1975. CCC dinilai tidak independen. Secara struktural berada di bawah otoritas Perdana Menteri dan karenanya tidak efektif membasmi korupsi. NCCC langsung menggebrak.

Ia menjelma menjadi salah satu lembaga mekanisme akuntabilitas yang dikagumi masyarakat. Penycapaian nyata pun ia tunjukkan. Hingga 2004, 8.000 kasus diterima. Setengahnya (4.000 kasus) langsung ditangani, dan 10 persen kasus sudah dilimpahkan ke Pengadilan. Tak ayal lembaga ini pun menyeret politisi paling berpengaruh, Menteri Dalam Negeri dan Sekjen Partai Demokrat Mayor Jenderal Sanan Kachornprasat, ke pengadilan.

Berawal dari aduan LSM kecil yang mencium pemalsuan laporankekayaan, NCCC mengungkapnya. Sanan mengaku telah menerima tiga perjanjian kredit selama 1997 sebesar 45 juta bath dari Auto Service Co ( AAS). Sayangnya, kredit itu tak tercatat dalam pembukuan AAS. Walaupun aliran dana tersebut ke rekening Koran Sanan tidak dapat dibuktikan, NCCC sepakat bahwa Sanan telah memalsukan laporan.

Meski di depan Mahkamah Konstitusi (MK) Sanan kukuh tidak melanggar hukum. Pada 10 Agustus 2000, MK mengeluarkan Ketetapan sesuai keputusan NCCC untuk melakukan pemecatan segera Sanan dari seluruh kedudukan politiknya dan melarangnya terjun ke dunia politik selama lima tahun. Patut diambil pelajaran apa yang dilakukan NCCC dan MK dalam kasus ini.

Kedua lembaga ini tidak menetapkan apakah kredit itu nyata atau tidak. Keputusan itu berdasarkan dokumen yang diberikan Sanan tidak mendukung kebenaran atas kredit itu. Sistem akuntabilitas di Thailan dapat dengan mudah mencopot politisi atau pejabat negara, bila dianggap menyelewengkan jabatan, melanggar hukum, korupsi atau memiliki kekayaan yang tidak wajar.

Bahkan, mereka dilarang menduduki jabatan politik atau pemerintahan untuk lima tahun mendatang. Bagimana Indonesia? Entahlah. Thailand juga melengkapinya dengan pemisahan sistem penuntutan dan peradilan pidana korupsi dalam dua bentuk. Untuk kasus korupsi yang melibatkan pegawai birokrasi biasa, kasusnya diproses melalui pengadilan tingkat rendah, dan secara bertingkat bisa dibanding ke pengadilan lebih tinggi hingga Mahkamah Agung (MA).

Tapi untuk kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dan politisi, NCCC dapat melakukan penuntutan ke MA. Putusan MA pun bersifat final, satu tahap, tidak bisa dibanding, kasasi atau peninjauan kembali (PK). Pemisahan itu berdasarkan paertimbangan usia pejabat dan politisi yang pendek, sehingga membutuhkan proses yang pendek. Sistem ini pun dianggap oleh banyak kalangan sebagai upaya revolusioner. Mungkinkah ini terjadi di Indonesia?

Entahlah. Cina dan Thailan menunjukkan kekhasan masing-masing dalam memerangi korupsi. Cina dengan konsistensi dan kecepatan eksekusi, sementara Thailan menerapkan sistem akuntabilitas yang sederhana tapi akurat. Kunci keduanya tetap pada supremasi hukum. Saatnyalah Indonesia belajarlah dari Cina dan Thailand. Eit...bukan belajar korupsi lho.

Sabtu, 20 November 2010

S.A.H.A.B.A.T

jika kehilangan itu sesuatu yang pasti dan rasa sakit itu pasti menghampiri maka berusahalah tersenyum meski itu tak akan mengembalikan hatinya lagi jika terpaksa harus kalah, maka jadilah pecundang terhormat daripada kalah sebelum berjuang. padahal sebenarnya, sahabat berhak menjadi pemenang mulia! salam sahabat, tiap sakit hanya mengingatkan akan bernilainya sehat, tiap sedih sekedar menyadarkan akan indahnya bahagia dan tiap kehilangan menunjukan betapa berharganya apa yang kita miliki saat iniandai tahu usia hidup akan berakhir esok hari jelas terukur, maka tetaplah semangat dan tersenyum sampai jasad terkubur. Hingga malaikat mencatatnya sebagai hamba yang bersyukur dan dunia akan mengenangnya sebagai manusia yang luhur andai aku punya kuasa mempercepat datangnya malam maka akan kulakukan demi aku bertemu denganmu untuk melepas rasa rindu andai waktu dapat kuhentikan berdetik, maka aku akan menghentikannya sedetik yang lalu ketika bahagia masih menjadi rasa kita semakin mampu kita merendahkan hati dihadapan orang lain, maka menunjukkan kebesaran hati kita dihadapan ketinggian hati orang lain.i get amazing word from someone, “don’t say that you miss me, because I never leave you”. and i share with u tak sadar cinta menelusup ke dalam relung hati melalui pori rasa sampai kehilangan itu begitu nyata. hanya sesal menyesak dada mengapa cinta terlambat dinyatakan pada saatnya kucoba merasakan kehadiranmu, menyentuh ragamu dalam bayangan imaginerku. hanya itu yang mampu ketika cinta tak dapat mentautkan rinduku padamu marah, benci, rindu, cinta dan bahagia hanyalah sebuah rasa yang tak memihak pada kebenaran atau kesalahan. dan rasa itu hanya satu yang mampu menyentuhnya. ialah hati.

Jumat, 19 November 2010

MASIH TERTATIH

DIDALAM RUANG BERJALAN
AKU LAKSANA MERPATI
YANG LUKA SATU SAYAPNYA
TAK PUNYA DAYA HANYA TERTATIH
SAMBIL MENATAP ANGKASA DENGAN PEDIH
MENJAUHI KISAH LALU
PERSAHABATAN DAN ASMARA DISANA


ENTAH KAPAN TAPI PASTI
AKU AKAN PULIH LAGI

LALU AKAN AKU KEPAKKAN SAYAP
BERSIAP MELAYANG RINGAN DIUDARA
MENEMBUS ANGIN DAN AWAN
MENUJU CITA CITA YANG TERTUNDA